KOMPAS.com - Anda pasti geleng-geleng kepala bila melihat Lina (44), seorang staf legal di sebuah perusahaan rokok terkenal. Setiap pulang ke rumah, ia berpacu dengan putra ABG-nya untuk bermain game di komputer. Bila sang ibu sudah terlalu lama bermain, si anak tak ragu mendesaknya untuk gantian. Keduanya mengaku game addict.
Tetapi, jangan mencibir dulu dengan gaya ibu rock and roll ini. Sebuah survei yang digelar oleh PopCap Games, pembuat game Bejeweled dan game online lain yang memiliki 150 juta pengguna di dunia, mendapati bahwa 71 persen pemainnya adalah orang berusia di atas 40 tahun, 47 persen berusia di atas 50 tahun, dan 76 persennya adalah wanita. Tak jarang mereka berkompetisi dengan lawan yang usianya jauh di bawahnya.
Simak apa yang membuat Lina begitu tergila-gila dengan game.
"Game itu memberikan excitement buat saya. Kalau game-nya baru, ada rasa ingin menuntaskan level-levelnya. Game juga bisa mengurangi kebosanan," ujar Lina, yang menggemari game-game untuk perempuan seperti Diner Dash, Ranch Rush, Gold Sprinter, dan Pizza Frenzy.
Lina, yang bermain game sejak masih kuliah, sadar bahwa dirinya membutuhkan permainan untuk merangsang otak. Namun ia kurang menyukai kegiatan mengisi TTS, atau Sudoku, karena menurutnya membosankan. "Saya lebih suka game arcade atau game action, karena biasanya kan ada clue yang harus dipecahkan untuk masuk ke level berikutnya. Itu kan harus mikir untuk mencari jalan keluarnya. Itu butuh ketrampilan tangan juga, karena harus tepat sasaran," katanya.
Manfaat game
Penelitian terbaru memang menunjukkan hubungan antara memainkan game strategi yang kompleks seperti Rise of Nations dan kemampuan memori dan kognitif yang meningkat. Penelitian yang lain menunjukkan bahwa otak kaum lansia dapat fokus lebih baik ketika terlatih memainkan game.
Beberapa game lain seperti Brain Age dan Happy Neuron mengklaim dapat membuat pemainnya mengasah mental dengan memperbaiki memori, berpikir cepat, dan kemampuan pengenalan visual. Game lain seperti Guitar Hero dan Rock Band menawarkan sesuatu yangfun untuk pemainnya. Sedangkan game seperti The Beatles: Rock Band tentunya bisa menjadi cara bernostalgia bagi para penggemar The Beatles.
Memainkan game disebut-sebut dapat meningkatkan kemampuan membuat keputusan dengan cepat, dan koordinasi tangan dan mata, demikian menurut Ezriel Kornel, MD, dari Brain and Spine Surgeons of New York di Westchester County. “Game itu sebenarnya satu set tugas yang sangat kompleks yang sedang dijalani otak," katanya.
Namun agar game benar-benar memberi manfaat, menurut Kornel tidak cukup bila Anda hanya memainkannya beberapa menit. Anda harus menguasai permainan tersebut, dan meningkatkan level, untuk memperbaiki apa yang Anda dapatkan.
“Kapan saja otak dalam moda mempelajari sesuatu, ada sinaps-sinaps baru yang terhubung di antara sel-sel saraf. Sehingga Anda menciptakan ribuan koneksi yang kemudian dapat diaplikasikan untuk tugas lain," lanjut penggemar Guitar Hero ini.
Bikin awet muda
Meskipun demikian, tak semua game bisa memberikan manfaat untuk merangsang otak. Menurut Anne McLaughlin, PhD, psikolog di North Carolina State University, “Banyak juga game yang ternyata tidak memberikan manfaat. Misalnya, orang diharapkan belajar merotasi benda dengan baik dengan bermain Tetris. Tetapi hasil studi tidak menemukan banyak pengaruhnya. Anda mungkin jago main Tetris, tapi belum tentu Anda jago memarkir mobil Anda."
Game yang dianggap mampu menstimulasi otak antara lain game jenis puzzle bergambar, game strategi, crossword puzzle, kartu, puzzle visualisasi, dan ilusi optikal.
Penelitian yang sudah ada juga menunjukkan bahwa Anda harus menemukan sesuatu yang baru untuk meningkatkan proses belajar. Misalnya, kalau dari dulu yang Anda mainkan cuma Sudoku, sebenarnya Anda tidak mempelajari sesuatu yang baru. Task-task yang baru dari game yang berbeda-beda akan membentuk jalur baru di dalam otak Anda. "Jadi, kelihatannya sesuatu yang baru dan menantang akan jauh lebih efektif daripada sesuatu yang menantang, namun Anda lakukan terus-menerus," kata McLaughlin.
Meskipun demikian, tidak benar jika ada yang mengatakan bahwa memainkan game dapat menangkal penyakit seperti Alzheimer atau demensia. Kornel mengatakan, Anda hanya dapat memperlambat progresi gejala-gejalanya pada batas-batas tertentu.
Orang dewasa mungkin akan menganggap main game adalah pemborosan waktu. Namun jika Anda berniat memainkannya untuk mengasah otak, lakukan dengan pemahaman bahwa Anda memang melakukan sesuatu yang berguna. Setidaknya, Anda bisa menjernihkan pikiran karena stres yang berkurang. Lagipula, jika game kerap diidentikkan dengan permainan anak muda, bukankah itu berarti Anda awet muda?
"Pokoknya saya bertekad main game sampai nenek-nenek," seloroh Lina.
sumber :
http://female.kompas.com/read/2009/12/14/18521247/Biar.Otak.Makin.Tajam.Main.Game.Aja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar